Ibunda

Ibunda curahmu bagaikan Sang Mentari
Yang slalu sinari dan terangi hidup ini
Kasih ini membelai hangat di dalam diri
Arungi jiwaku tuk melangkah dengan pasti
Sungguh damainya hatiku
Bila berada di sisimu
Didekapmu dan dipelukmu


Kuingin slalu di hatimu
Sampai akhir hidupku
Itulah cintaku kepada dirimu
Dan bila esokkan menjelang
Haripun berganti
Kasihku padamu takkan pernah sirna

Mohonku padamu Yang Maha Kuasa
Jagalah ibunda agar slalu bersamaku
DI dalam permata abadi sanubari
Menerang langkahku tuk menatap masa depan
Segala do'a terucap
Untukmu selalu ibunda
Tuk selamanya menyatu
Bila kuingat masa masa yang lalu
Saat masih dipelukmu
Oh.. indahnya dunia, woo

by Rajasa
taken from tembang.com

Goodbye to Manda & Edo's Mother...
May God always keep her in His Hand....




Iklan sebagai Representasi Pencapaian Intelektual
oleh Saut Situmorang

Kalian, para hypocrite readers, tentu tidak merasa tidak biasa, atau
merasa luar biasa, pengalaman menonton televisi, apalagi televisi
Indonesia. Sebagai posmohomoicus kalian pun tentu punya satu set
televisi di tempat habitat kalian masing-masing, dengan ukuran inci
dan merek yang bervariasi. Sebagai posmohomoicus kontemporanus yang
memiliki minimum satu set televisi tentu saja kalian juga tidak
merasa luar biasa pengalaman menonton iklan di televisi Indonesia.
Kalian adalah homoiklanikus yang telah berhasil mencapai tingkat
evolusi metafisika simulasi elektronik seperti yang diajarkan oleh
sang nabi "the desert of images" Jean Baudrillard dari negeri Prancis
tercinta.

Baudrillard adalah seorang Marxis revisionis yang paling ngetop dan
ok's bang-get saat ini. Revisi yang dilakukannya atas teori produksi
Karl Marx ternyata tidak menyebabkannya mati terbunuh ala Trotsky
atau Rosa Luxemburg. Malah membuatnya jadi selebriti akademis paling
ngetren saat ini di Barat.

Bagi Baudrillard, bukan komoditi dalam wujud kasat mata macam mobil
Ford yang sekarang menjadi tanda dari kapitalisme, seperti yang tempo
doeloe diajarkan oleh sang Marx. Fetishisme komoditi Marxian seperti
itu sudah berlalu, sudah jadi sejarah sudah jadi Marxisme ortodoks.
Sekarang ini, dalam era yang disebut sebagai jaman "late capitalism"
ini, masa pascaindustri ini, "the end of history" ini, bukan produksi
komoditi yang menjadi ideologi kapitalisme tapi "the production of
desires". Produksi barang telah diganti dengan produksi keinginan-
akan-barang (desires) dan proses ini secara intens dilakukan melalui
produksi iklan. Bagi Baudrillard, kapitalisme akhir tidak lagi
berusaha menjual "realitas" seperti pada jaman dahulu kala tapi
menjual "gambar" tentang "realitas" tersebut. Dan televisi merupakan
goa Platonis paling canggih dalam bisnis jualan "bayangan ide" ini.

Sebenarnya apakah "iklan" itu, para pembaca munafik? Apakah "iklan"
adalah objek "sebenarnya" yang didagangkan ke para calon konsumen?
Bukankah apa yang dibeli para konsumen, di kedai sampai, di
supermarket, di mal adalah "iklan" yang mereka lihat terutama di
layar televisi mereka? Pendek kata, bukankah "ilusi" tentang
sebuah "komoditi" sebenarnya yang dibeli seseorang setelah dia
mendapatkan "pengetahuan" tentang komoditi tersebut lewat iklan di
televisi?

So much for that. Sekarang marilah kita menonton iklan di televisi
Indonesia. Secara umum pukul rata saya berani mengatakan bahwa
televisi Indonesia sebenarnya lebih banyak menayangkan iklan daripada
mata acara lainnya. Iklan memang sebuah mata acara televisi, saudara-
saudara pembaca yang munafik. Itulah sebabnya iklan memiliki porsi
tayang yang jauh lebih banyak ketimbang siaran berita misalnya.

Kalau kita menonton mata acara "iklan" di televisi Indonesia maka
akan kita temukan bahwa iklan "obat" merupakan sub-tayangan yang
paling banyak frekuensinya, disusul oleh iklan "pemutih kulit
perempuan" dan shampoo, sementara "iklan ancaman" semacam iklan
kondom yang dibintangutamai Harry Roesli itu menduduki posisi paling
bawah.

Signifikasi apakah yang direpresentasikan oleh "iklan obat" yang
paling populer itu? Juga, makna apakah yang ditunjukkan oleh
minimnya "iklan ancaman" di televisi Indonesia?

Hypocrite reader, kalian tentu juga pasti sudah pernah menonton iklan
made-in-Barat di Indonesia, baik di salah satu saluran televisi yang
ada maupun lewat cable television yang memanfaatkan teknologi satelit
yang canggih itu. Nah, apakah yang kalian sadari setelah menonton
iklan televisi yang terakhir ini? Apakah mata acara "iklan" mirip
dengan yang di televisi Indonesia, mayoritas tentang "obat"
dan "pemutih kulit perempuan"?

Hal lain yang juga menarik untuk ditonton, wahai para pembaca
hipokrit, adalah bagaimanakah mata acara "iklan" dibuat di kedua
televisi di atas, televisi Indonesia dan televisi Barat?
Bagaimanakah "sinematografi" kedua versi tersebut?
Bagaimanakah "akting" para "aktor" masing-masing versi? Satu faktor
lain yang tidak bisa dilewatkan adalah bagaimanakah "naratif"
diceritakan oleh kedua versi tersebut?

Iklan adalah ilusi realitas yang dijual oleh kapitalisme akhir kepada
konsumen dan merupakan realisasi dari ideologi "production of
desires" para kapitalis posmo. Meskipun demikian, sebagai
homoiklanicus tidakkah kita juga memiliki hak untuk
mendapatkan "products of desires" yang bermutu ekspor, bukan sekedar
bermutu "factory outlet" belaka, wahai para pembaca yang munafik?

Jogja, 21 September (ceria) 2002

It's been more than a week I don't check this weblog coz I have a rough and hectic week in office also other business. Pffuii...:-o
Thank's God for giving me this brain and creativity inside. I hope I always have a creative brain....(this one of my pray to God!)

Iklan Pulau atau Island Advertising, Alternatif Dalam Beriklan Di Media Cetak

Melemahnya daya beli masyarakat dalam hal konsumsi disadari oleh biro iklan bukan sebagai halangan untuk tetap mengajak produsen agar tetap beriklan. Karena pada dasarnya kebutuhan untuk berpromosi atau beriklan tidak hanya dilakukan semasa ekonomi tidak mengalami krisis tetapi di masa sulit pun harus tetap dilakukan.

Untuk mensiasati pesan yang akan disampaikan oleh produsen agar tetap efektif, biro iklan berusaha kreatif dalam menciptakan bentuk-bentuk iklan baru dengan tujuan agar konsumen tetap dapat menerima dan menangkap iklan yang disampaikan yang akhirnya dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian produk tersebut. Bentuk-bentuk iklan yang diciptakan berusaha memperlihatkan bentuk iklan yang benar-benar berbeda dan bukan merupakan iklan paritas sehingga dapat menarik perhatian orang.

Bentuk-bentuk iklan yang tampil beda tersebut tampaknya sudah menjadi tuntutan kreatifitas dalam media placement dalam situasi sulit seperti ini. Bagaimana pengelola media, kreatif mengoptimalkan halaman iklan untuk menjaga agar pemasukan iklan tetap berjalan normal. Di lain pihak kreatifitas yang dimaksud sebetulnya juga merupakan kebutuhan perencana iklan untuk mengoptimalkan fungsi iklan mereka.

Agar iklan yang terpasang benar-benar mampu merebut perhatian pembaca atau pemirsa, perencana iklan melakukan pemasangan iklan-iklan berukuran besar atau berbentuk abnormal. Sesuatu yang abnormal, atau berbentuk tidak biasa selalu menarik perhatian. Ukuran abnormal yang dimaksud antara lain adalah iklan pulau (island advertising) yaitu iklan display yang dipasang di tengah artikel halaman koran atau di tengah rimba iklan baris. Di kalangan media sendiri, iklan pulau atau island ad ini juga dikenal dengan nama lain Kreatif Media. (to be continued :-)

Jakarta mati listrik lagi! (http://www.detik.com/peristiwa/2002/09/13/20020913-082622.shtml)
Gile bener tuh PLN...tapi sayangnya kok cuma beberapa daerah ya? kalo listrik kantor Gua mati kan, bisa liburrr...:-p

Hari pertama setelah kepilih, Sutiyoso udah gak becus ngurusin Jakarta. Bayangin aja, seluruh Jakarta mati listrik total, bahkan gak cuma Jakarta mungkin seluruh Jabotabek mati kali (soalnya rumah Gua di Bogor juga mati!). Gara-gara listrik ini, di mana-mana terjadi kemacetan. Bintaro, Pasar Minggu, Bekasi semua macet akibat traffic light gak nyala...emang gak diridhoi banyak orang kali ya, si Sutiyoso....

Yesterday, Mbak Caecil finally delivered her first Boy. With 4,5 kgs weight I think it's a huge / giant boy! No wonder his father & mother are giant too....:-)
Congratulations to Mas Ade, you are the real father now! Choose your baby's name , Mas!

I'm very happy to have so many friends. They are very helpful to help me, such Tisa the 'Big Mama', she's the one who support me to finish my duty. Or Devi, who always listen to me when I need someone to talk to. Also, my friends Ex-D95, FISIP. You, Guys the best!

And for me, It's a pleasure for me to help friends. It's really mean if can help someone, especially the close one.It's just like a my reward to them when they help me. Friends are like more than relatives for me.

Thank you, Friends, I cannot thank to you all one by one.

I'm not going to hell when I wrote this, just wanna appreciate and thanks to all of my friends.

Btw, congratulations to Edo & Manda for your wedding in next September 15, 2002! I'm very happy to both of you, Guys!

Tujuh Macam Penyesalan :
1. Penyesalan 1 Jam
Salah naik angkot. (Kesasar gak tao kemana, tapi setelah satu jam hati sudah tenang).

2. Penyesalan 1 hari.
Salah masak. (Nasi sudah menjadi bubur ayam)

3. Penyesalan 1 minggu
Salah makan. (Keracunan sampai masuk rumah sakit seminggu)

4. Penyesalan 1 bulan
Salah potong rambut. (Satu bulan kemudian sudah kelihatan lagi)

5. Penyesalan 1 tahun
Tidak naik kelas. (Tahun depan baru naik kelas)

6. Penyesalan 2 tahun
Tidak naik kelas lagi (setelah tahun lalu tidak naik)

7. Penyesalan seumur hidup
Salah kawin.